Cerita Hot Sex Terbaru 2016 Diam-diam Menghanyutkan Ngewe di Samping Teman | Novel sex, cerita sex terbaru, cerita mesum, cerita ngentot, cerita bokep, cerita xxx, cerita ml, cerita porno | Ini
tentang kejadianku saat aku dan teman teman sedang berkemah atau
kemping di pegunungan dieng tahun kemarin, tidak kusangka aku
berhubungan sex disamping teman teman yang lain, berikut aku jabarkan
semua cerita pengalamanku ngesex waktu berkemah.
Cerita Hot Diam-diam Menghanyutkan Ngewe di Samping Teman |
Awal
cerita aku dan teman teman memang berencana untuk berkemah, kita
berunding dimana tempat yang paling asik, kemudian tercetuslah salah
seorang memilih di pegunungan dieng, semua sepakat untuk memilih tempat
itu. Setelah itu kita mengatur rencana karena team kita ada 8 orang ,
cowok berjumlah 4 dan ceweknya 4 orang.
Masing
masing sudah kebagian tugas untuk membawa apa yang dibawa saat
berkemah, aku pun dapat bagian untuk membawa tenda berjumlah 2, satu
buat cowok, satunya buat cewek. Selang sampainya dipegunungan kami sudah
memulai untuk mendirikan tenda karena cuacanya sudah mendung kami
bergegas untuk mendirikan tenda, ada dua kemah untuk tidur kami berdua.
Kemah satu untuk cowok yang berjumlah 4 orang dan lainnya untuk gadis
yang berjumlah 4 orang. Pada suatu malam, kemah tempat gadis kebanjiran
karena hujan yang besar tidak bisa tertampung di saluran yang
mengelilingi kemah itu. Tentu saja mereka kalang kabut ditengah tidur
lelap kami. Tentu saja kami jadi ikut terbangun dengan kegaduhan suara
cewek-cewek itu.
Bacaan Menarik: Cerita Dewasa Sex Karena SMS Nyasar Dapat Ngentot Gratis
Yang
dituju pertama untuk melindungi diri dari hujan deras tentu kemah kami
para cowok. Kami sepakat untuk malam ini kami tidur masal. Walaupun
cukup sempit tetapi masih cukuplah kami tidur berhimpit-himpitan.
Setelah diatur, maka muatlah ketujuh orang itu dengan posisi tidur,
dengan catatan tidak boleh bergerak yang memang tidak bisa bergerak
karena sempitnya.
Vita, memilih tidur di dekatku, karena ia kebagian di
tempat paling pinggir terkena kain kemah yang menggantung dan basah.
Sementara aku sendiri berada di pinggir juga. Ia membisikkan sesuatu
kepadaku, jangan macam-macam.. Tetapi hal ini justru kutafsirkan suatu
tantangan untuk memulai suatu gerilya.
Setelah
lentera padam, yang ada hanya gelap gulita. Teman-teman yang lain
tampaknya sudah tertidur. Vita memiringkan badannya sehingga
menghadapku, sedangkan kakinya menindih pahaku. Nafas ringannya terasa
di pundakku. Mataku terus melotot di dalam kegelapan, lalu timbul niat
isengku. Pelan-pelan tangan kiriku kuangkat dan kutindihkan pada
pinggulnya, sedangkan siku kuletakkan sedemikian rupa sehingga hampir
menyentuh payudaranya. Sehingga apabila Vita bergerak sedikit saja
payudaranya akan tersenggol oleh lenganku. Aku menanti dengan hati
berdebar-debar. Sementara tidur Vita nampaknya makin pulas. Aku menjadi
kurang sabar, kugeser sedikit sikuku agar menyentuh payudaranya. Oh,
rupanya payudaranya dilindungi oleh kedua tangannya. Usahaku sia-sia.
Aku putar otak mencari posisi yang menguntungkan.
Selagi
aku hampir kehabisan akal mencari strategi, tiba-tiba Vita bergerak,
mengambil lenganku dan menariknya ke dalam pelukannya. Dalam keadaan
yang gelap gulita aku memang merasa menyenggol benda yang halus. Tapi
aku tidak tahu benar bagian tubuh mana itu, perut apa dada. Walaupun
demikian cukuplah untuk pemanasan, pikirku. Senjataku yang sejak siang
tadi mengkerut kedinginan mulai bangun. Sebelum besar benar, kubetulkan
posisi kemaluanku agar bisa mengembang dengan sempurna tanpa ada bulu
yang tertarik oleh tegangnya kemaluanku. Gerakanku agaknya membuat Vita
semakin mendekapkan tanganku ke dalam pelukannya, entah secara refleks
atau apa aku tak tahu. Sebelah kaki yang menindihku dinaikkan lebih ke
atas sehingga nyaris menimpa kemaluanku.
Lenganku
masih dalam pelukannya. Tapi jari-jariku masih bebas, aku berusaha
meraih apa saja yang ada di dekatnya, tetapi sia-sia. Gerakan-gerakan
kecil kemaluanku pasti terasa juga oleh Vita, seandainya ia tidak tidur.
Kembali Vita lebih memeluk tanganku dan ditekankannya ke dadaku. Kini
aku merasakan lembut dan hangatnya bukit kembar Vita yang terbungkus
jaket tebalnya. Dalam gerakan itu kuberanikan diri memegang pangkal
pahanya. Vita hanya menggeliat dan menaikkan kakinya sehingga menindih
kemaluanku. Aduh, enak sekali. Burungku semakin menggeliat dan
bergerak-gerak. Oleh gerakan-gerakan itu diangkatnya kaki Vita, kemudian
diletakkan lagi pada tempat yang sama. Nah, di sinilah aku baru merasa
bahwa Vita masih belum tidur dan semua gerakannya masih dilakukan dalam
keadaan sadar.
Sebelah
tanganku yang didekap kugeser-geser mencari sasaran, yang kutuju adalah
kemaluannya. Namun sebelum sampai pada sasaran dicubitnya dengan pelan.
Aku dan Vita tidak berani saling bersuara. Cubitan halus ini tidak
menyurutkan niatku, dengan agak memaksakan diri akhirnya sampailah
telapak tanganku bersandar di selangkangannya. Setiba di daerah itu
tanganku justru dijepit oleh kedua kakinya. Kamaluannya yang empuk
kurasakan meskipun masih tertutup Jeans. Namun oleh jepitan kakinya yang
kencang aku tidak bisa berbuat banyak. Namum sebelah tanganku masih
bebas leluasa, dengan gerakan yang super hati-hati takut Vita kaget dan
membangunkan teman di sebelahnya. Tanganku mulai menerobos double
cover-nya. Vita merenggangkan kedua tangannya yang membentuk double
cover itu. Dan mendaratlah tanganku di atas payudaranya. Kuelus-elus dan
kuremas-remas, membuatnya keenakan.
Setelah
beberapa lama aku mengarahkan tanganku untuk mengelus perutnya yang
mudah disingkapkan. Pelan-pelan kuselipkan ke bagian dadanya. Akhirnya
sampai juga ke arah BH-nya. BH yang terbuat dari nilon halus itu memang
lebih nikmat rasanya untuk diremas-remas. Tetapi dasar pikiran yang
sudah kotor, maka kucari pengait BH yang ada di punggungnya. Aku agak
kesulitan membuka pengait itu. Vita dengan gerakan yang pelan
membantunya. Dan, lepaslah pengait itu, membuat buah dadanya sangat
mudah untuk disentuh secara langsung kulitnya. Ada rasa hangat, ada rasa
lembut, ada rasa nikmat dan ada getaran aneh yang menjadikan
kemaluanku, yang tanpa kuduga sudah ada di genggaman Vita, semakin
besar.
Aku
remas-remas kekenyalan payudaranya, kupencet-pencet putingnya
menjadikan nafas Vita semakin memburu. Akhirnya untuk lebih memberikan
ruang gerakku, dia mengambil posisi terlentang. Kini tanganku dengan
bebas mempermainkan payudaranya yang sudah tidak terlindungi lagi oleh
jaketnya, tetapi masih dalam selimut tebalnya. Sekali-kali ada kilat,
dan kulihat wajah Vita yang polos kelihatan setengah merem menikmati
permainan itu.
Kepalaku
menerobos masuk ke dalam selimutnya. Kuciumi kulit payudaranya yang
mulus, tidak ketinggalan putingnya yang kecil itu. Membuat nafasnya
makin naik turun saja. Sementara tanganku menggosok-gosok kemaluannya.
Dia setuju saja, hal ini terbukti dengan lebih mengangkangkan kedua
kakinya. Setelah kubuka reitsleting, kupelorotkan ke bawah sekalian
dengan celana dalamnya. Dengan demikian kemaluannya yang ditumbuhi
rambut tipisnya sudah basah oleh lendir karena kuusap-usap dengan halus.
Begitu
kumasukkan sebuah jari tengahku ke dalam liang vaginanya, terasa
sempit, dan berdenyut-denyut. Wah, aku sudah tidak tahan lagi. Apalagi
tangan Vita sudah menerobos masuk ke dalam celana training-ku yang
longgar. Mengocok-ngocok dengan halus. Aku agak kesulitan melepas celana
jeans dan celana dalamnya, namun Vita membantunya diangkatnya
pinggulnya tinggi-tinggi sambil memelorotkan celananya. Sementara
teman-teman lain tertidur, kutindih dia, kuarahkan kemaluanku ke arah
kemaluannya. Kupelorotkan celanaku sampai ke lutut. Aku mengambil posisi
di atasnya, sambil kubetulkan selimut di punggungku. Ia bimbing
kemaluanku ke arah lubang yang benar lalu, «Bless…» batang kenikmatanku
menerobos masuk dalam kehormatannya yang sangat disembunyikan itu.
Kupompa
beberapa kali kemaluanku ke dalam kemaluannya yang sempit, terasa
dinding vaginanya bergetar menjadikan kemaluanku makin nikmat,
kupercepat gerakanku, sampai akhirnya sampailah perasaan yang sulit
dirasakan, tubuhku menegang perasaan nikmat, setengah ngilu berada di
ujung kemaluanku dan menjalar ke pinggul lalu ke seluruh tubuh.
Sepersekian detik menjelang keluar spermaku, sekilas kuingat sesuatu,
dan kucabut penisku dari rahimnya. Sehingga muncratlah spermaku ke atas
perutnya, kugesek-gesekkan ke perutnya yang mulus.
Ada beberapa kali
semprotan sebelum habis sama sekali. Sejenak kunikmati perasaan yang
sangat indah ini, sampai kudengar suara batuk di tengah kegelapan. Aku
agak terkejut dan segera kembali pura-pura tidur di sebelah Vita dengan
manisnya. Kudengar Vita tertawa namun ditahan. Ia pegang kemaluanku yang
sudah mulai lemas dan mencium pipiku. Lalu memungut pakaiannya dan
memakainya lagi.
Paginya
sesuai rencana kami bersiap-siap untuk pulang, Vita bersikap seperti
biasa terhadapku. Seperti tidak ada apa-apa semalam. Aku juga demikian.
Sejak
kejadian itu, aku dan Vita sangat erat, saling curhat. Kadang-kadang
melakukan hubungan suami isteri. Namun demikian kami belum
memproklamirkannya sebagai pacar. Kadang hubungan dilakukan di rumahku
ketika sedang sepi, atau di tempat kost-nya. Karena kami kebetulan sibuk
dalam dalam kepengurusan organisasi mahasiswa di suatu tempat, maka
sangat lazim untuk bersama-sama setiap saat. Aku masih belum
menganggapnya sebagai pacar karena type orangnya yang egois dan kasar.
Sedangkan dalam pengamatanku, agaknya ia suka yang culun dan penurut.
Hubungan kami hanya organisasi dan seks.
Mengenai
kegemaran Vita dibidang seks, ia sangat agresif kadang-kadang meskipun
aku sudah keluar, seandainya ia belum mencapai orgasme maka ia dengan
sangat agresif melakukan segala sesuatu. Untuk membuat barangku berdiri
lagi.
Dalam
melakukan hubungan intim, kami sudah sangat bervariasi, dari mulai blow
job sebagai pemanasan, dogy style, 69 dan lain-lain. Pokoknya semuanya
dicoba. Segala lubang sudah kumasuki termasuk lubang duburnya.
Agak
susah juga merayu untuk ditembak bagian belakang. Dengan alasan ia
belum orgasme. Pada suatu ketika aku sangat menggebu-gebu dan bernafsu,
sudah tiga kali ia klimaks besar (orgasme yang panjang), sampai tubuhnya
lemas. Dan barangnya sudah tidak bisa mencengkeram lagi.
Aku sampai
kehabisan gaya, akhirnya ketika ia tengkurap mula-mula kutembak
kemaluannya dari belakang. Tetap saja belum keluar, sedangkan ia sudah
kecapaian. Akhirnya kugosok-gosokkan diantara lipatan bokongnya, agak
enak juga. Setelah kering kugosok-gosokkan, kumasukkan lagi ke dalam
vaginanya yang basah sebagai pelumas. Begitu kutempelkan pada lipatan
bokongnya itu tampak ada denyutan tepat di ujung kemaluanku. Pelan-pelan
kusodok sedikit, ternyata masuk walaupun sempit sekali. Ia mau bangkit
dan menolak, tetapi kutekan terus akhirnya karena ia mungkin sedang
kecapaian apa mungkin merasakan nikmat. Akhirnya ia diam saja. Mulanya
hanya kepala saja yang bisa masuk, tetapi karena panasnya daerah itu dan
remasannya yang sangat kuat tidak ada dua menit aku pun keluar.
Lama-lama
ia agak terbiasa dengan tembakan belakang melalui anus, dengan syarat
ia sudah terpuaskan dulu. Namun sampai sekarang ia tetap tidak suka
dengan permainan itu. Ketika membicarakan seks secara serius ia selalu
menghindar ketika menyinggung soal lubang anusnya.
Jujur saja, hubungan
aneh ini berlangsung sampai kini. Ia bekerja dan sudah punya pacar,
tetapi ia mengakui berlagak alim dengan pacarnya karena pacarnya sangat
sopan. Lucunya kalau ia terangsang dengan pacarnya dia bisa tahan,
karena berlagak alim tersebut. Tetapi begitu pacarnya pulang ia segara
menelepon aku. Aku sendiri sudah punya pacar, aku masih berusaha
merayunya untuk bisa disetubuhi. Biar aku telah meyakinkan bahwa akan
aku keluarkan di luar. Begitulah kisah nyataku bersama Vita.
Tamat