Blog Dewasa Novel Cerita Hot Sex Tubuh Bahenol Ibu Dosen - Sebelumnya kisah sex yang saya publish adalah Novel Cerita Sex Dewasa Mainan Memek Tembem. Cerita sex terbaru, novel sex terlengkap, cerita dewasa terupdate, cerita
mesum terbaik, cerita ngentot terpopuler, cerita bokep terpopuler,
cerita xxx, cerita ml, cerita porno | Kejadian ini terjadi saat aku masih kuliah. Cerita Sex yang coba
ingin aku bagi kepada kawan-kawan semua adalah pengalaman cerita dewasa
dan cerita sex ku dengan dosen kuliahku. Ia mengajar mata kuliah bahasa
inggris.
Novel Cerita Hot Sex Tubuh Ibu Dosen Bahenol |
Cerita Sex Terkini
Berawal dari reuni SMA-ku di Jakarta. Setelah itu aku bertemu dengan
dosen bahasa inggrisku, kami ngobrol dengan akrabnya. Ternyata Ibu riska
masih segar bugar dan amat menggairahkan.
Penampilannya amat menakjubkan, memakai rok mini yang ketat, kaos top
tank sehingga lekuk tubuhnya nampak begitu jelas. Jelas saja dia masih
muda sebab sewaktu aku SMA dulu dia adalah guru termuda yang mengajar di
sekolah kami.
Sekolahku itu cuma terdiri dari dua kelas, kebanyakan siswanya adalah
wanita. Cukup lama aku ngobrol dengan Ibu riska, kami rupanya tidak
sadar waktu berjalan dengan cepat sehingga para undangan harus pulang.
Lalu kami pun berjalan munuju ke pintu gerbang sambil menyusuri ruang
kelas tempatku belajar waktu SMA dulu.
Cerita Sex Terlangka
Tiba-tiba Ibu riska teringat bahwa tasnya tertinggal di dalam kelas
sehinga kami terpaksa kembali ke kelas. Waktu itu kira-kira hampir jam
dua belas malam, tinggal kami berdua. Lampu-lampu di tengah lapangan
saja yang tersisa. Sesampainya di kelas, Ibu riska pun mengambil tasnya
kemudian aku teringat akan masa lalu bagaimana rasanya di kelas bersama
dengan teman-teman. Lamunanku buyar ketika Ibu riska memanggilku.
“Kenapa Jack”
“Ah.. tidak apa-apa”, jawabku. (sebetulnya suasana hening dan amat
merinding itu membuat hasratku bergejolak apalagi ada Ibu riska di
sampingku, membuat jantungku selalu berdebar-debar).
“Ayo Jack kita pulang, nanti Ibu kehabisan angkutan”, kata Ibu riska.
“Sebaiknya Ibu saya antar saja dengan mobil saya”, jawabku dengan ragu-ragu.
“Terima kasih Jack”.
Tanpa sengaja aku mengutarakan isi hatiku kepada Ibu riska bahwa aku suka kepadanya, “Oh my God what i’m doing”, dalam hatiku.
Ternyata keadaan berkata lain, Ibu riska terdiam saja dan langsung
keluar dari ruang kelas. Aku panik dan berusaha minta maaf. Ibu riska
ternyata sudah cerai dengan suaminya yang bule itu, katanya suaminya
pulang ke negaranya. Aku tertegun dengan pernyataan Ibu riska. Kami
berhenti sejenak di depan kantornya lalu Ibu riska mengeluarkan kunci
dan masuk ke kantornya, kupikir untuk apa masuk ke dalam kantornya
malam-malam begini.
Cerita Sex Terhebat
Aku semakin penasaran lalu masuk dan bermaksud mengajaknya pulang tapi
Ibu riska menolak. Aku merasa tidak enak lalu menunggunya, kurangkul
pundak Ibu riska, dengan cepat Ibu riska hendak menolak tetapi ada
kejadian yang tak terduga, Ibu riska menciumku dan aku pun membalasnya.
Bacaan Sex Menarik: Novel Cerita Sex Merenggut Keperawanan Anak SMA
Ohh.., alangkah senangnya aku ini, lalu dengan cepat aku menciumnya
dengan segala kegairahanku yang terpendam. Ternyata Ibu riska tak mau
kalah, ia menciumku dengan hasrat yang sangat besar mengharapkan
kehangatan dari seorang pria. Dengan sengaja aku menyusuri dadanya yang
besar, Ibu riska terengah sehingga ciuman kami bertambah panas kemudian
terjadi pergumulan yang sangat seru. Ibu riska memainkan tangannya ke
arah batang kemaluanku sehingga aku sangat terangsang.
Lalu aku meminta Ibu riska membuka bajunya, satu persatu kancing bajunya
dibukanya dengan lembut, kutatap dengan penuh hasrat. Ternyata dugaanku
salah, dadanya yang kusangka kecil ternyata amat besar dan indah,
BH-nya berwarna hitam berenda yang modelnya amat seksi.
Karena tidak sabar maka kucium lehernya dan kini Ibu riska setengah
telanjang, aku tidak mau langsung menelanjanginya, sehingga
perlahan-lahan kunikmati keindahan tubuhnya.
Aku pun membuka baju sehingga badanku yang tegap dan atletis membangkitkan gairah Ibu riska,
“Jack kukira Ibu mau bercinta denganmu sekarang.., Jack, tutup pintunya
dulu dong”, bisiknya dengan suara agak bergetar, mungkin menahan
birahinya yang juga mulai naik.
Tanpa disuruh dua kali, secepat kilat aku segera menutup pintu depan.
Tentu agar keadaan aman dan terkendali. Setelah itu aku kembali ke Ibu
riska. Kini aku jongkok di depannya. Menyibak rok mininya dan
merenggangkan kedua kakinya. Wuih, betapa mulus kedua pahanya.
Pangkalnya tampak menggunduk dibungkus celana dalam warna hitam yang
amat minim.
Sambil mencium pahanya tanganku menelusup di pangkal pahanya,
meremas-remas liang senggamanya dan klitorisnya yang juga besar. Lidahku
makin naik ke atas. Ibu riska menggelinjang kegelian sambil mendesah
halus. Akhirnya jilatanku sampai di pangkal pahanya.
“Mau apa kau sshh… sshh”, tanyanya lirih sambil memegangi kapalaku erat-erat.
“Ooo… oh.. oh..”, desis Ibu riska keenakan ketika lidahku mulai
bermain-main di gundukan liang kenikmatannya. Tampak dia keenakan meski
masih dibatasi celana dalam.
Serangan pun kutingkatkan. Celananya kulepaskan. Sekarang perangkat
rahasia miliknya berada di depan mataku. Kemerahan dengan klitoris yang
besar sesuai dengan dugaanku. Di sekelilingnya ditumbuhi rambut yang
tidak begitu lebat. Lidahku kemudian bermain di bibir kemaluannya.
Pelan-pelan mulai masuk ke dalam dengan gerakan-gerakan melingkar yang
membuat Ibu riska makin keenakan, sampai harus mengangkat-angkat
pinggulnya.
“Aahh… Kau pintar sekali. Belajar dari mana hh…”
Tanpa sungkan-sungkan Ibu riska mencium bibirku. Lalu tangannya
menyentuh celanaku yang menonjol akibat batang kemaluanku yang ereksi
maksimal, meremas-remasnya beberapa saat. Betapa lembut ciumannya, meski
masih polos. Aku segera menjulurkan lidahku, memainkan di rongga
mulutnya. Lidahnya kubelit sampai dia seperti hendak tersendak.
Semula Ibu riska seperti akan memberontak dan melepaskan diri, tapi tak
kubiarkan. Mulutku seperti melekat di mulutnya. “Uh kamu pengalaman
sekali ya. Sama siapa? Pacarmu?”, tanyanya diantara kecipak ciuman yang
membara dan mulai liar. Aku tak menjawab. Tanganku mulai mempermainkan
kedua payudaranya yang tampak menggairahkan itu. Biar tidak
merepotkanku, BH-nya kulepas.
Kini dia telanjang dada. Tak puas, segera kupelorotkan rok mininya. Nah
kini dia telanjang bulat. Betapa bagus tubuhnya. Padat, kencang dan
putih mulus.
“Nggak adil. Kamu juga harus telanjang..” Ibu riska pun melucuti kaos,
celanaku, dan terakhir celana dalamku. Batang kemaluanku yang tegak
penuh segera diremas-remasnya. Tanpa dikomando kami rebah di atas
ranjang, berguling-guling, saling menindih. Aku menunduk ke
selangkangannya, mencari pangkal kenikmatan miliknya.
Tanpa ampun lagi mulut dan lidahku menyerang daerah itu dengan liar. Ibu
riska mulai mengeluarkan jeritan-jeritan tertahan menahan nikmat.
Hampir lima menit kami menikmati permainan itu. Selanjutnya aku
merangkak naik. Menyorongkan batang kemaluanku ke mulutnya.
“Gantian dong..” Tanpa menunggu jawabannya segera kumasukkan batang
kemaluanku ke mulutnya yang mungil. Semula agak kesulitan, tetapi
lama-lama dia bisa menyesuaikan diri sehingga tak lama batang kemaluanku
masuk ke rongga mulutnya. “Justru di situ nikmatnya..,
Selama ini sama suami main seksnya gimana?”, tanyaku sambil menciumi
payudaranya. Ibu riska tak menjawab. Dia malah mencium bibirku dengan
penuh gairah. Tanganku pun secara bergantian memainkan kedua payudaranya
yang kenyal dan selangkangannya yang mulai basah. Aku tahu, perempuan
itu sudah kepengin disetubuhi.
Namun aku sengaja membiarkan dia menjadi penasaran sendiri.
Tetapi lama-lama aku tidak tahan juga, batang kemaluanku pun sudah ingin
segera menggenjot liang kenikmatannya. Pelan-pelan aku mengarahkan
barangku yang kaku dan keras itu ke arah selangkangannya.
Ketika mulai menembus liang kenikmatannya, kurasakan tubuh Ibu riska
agak gemetar. “Ohh…”, desahnya ketika sedikit demi sedikit batang
kemaluanku masuk ke liang kenikmatannya. Setelah seluruh barangku masuk,
aku segera bergoyang naik turun di atas tubuhnya. Aku makin terangsang
oleh jeritan-jeritan kecil, lenguhan serta kedua payudaranya yang ikut
bergoyang-goyang.
Tiga menit setelah kugenjot, Ibu riska menjepitkan kedua kakinya ke pinggangku.
Pinggulnya dinaikkan. Tampaknya dia akan orgasme. Genjotan batang
kemaluanku kutingkatkan. “Ooo… ahh… hmm… ssshh…”, desahnya dengan tubuh
menggelinjang menahan kenikmatan puncak yang diperolehnya. Kubiarkan dia
menikmati orgasmenya beberapa saat. Kuciumi pipi, dahi, dan seluruh
wajahnya yang berkeringat.
“Sekarang Ibu riska berbalik. Menungging di atas meja.., sekarang kita
main dong di atas meja ok!” Aku mengatur badannya dan Ibu riska menurut.
Dia kini bertumpu pada siku dan kakinya.
“Gaya apa lagi ini?”, tanyanya.
Setelah siap aku pun mulai menggenjot dan menggoyang tubuhnya dari
belakang. Ibu riska kembali menjerit dan mendesah merasakan kenikmatan
yang tiada taranya, yang mungkin selama ini belum pernah dia dapatkan
dari suaminya. Setelah dia orgasme sampai dua kali, kami istirahat.
“Capek?”, tanyaku. “Kamu ini aneh-aneh saja. Sampai mau remuk tulang-tulangku”.
“Tapi kan nikmat Bu..”, jawabku sambil kembali meremas payudaranya yang menggemaskan.
“Ya deh kalau capek. Tapi tolong sekali lagi, aku pengin masuk agar
spermaku keluar. Nih sudah nggak tahan lagi batang kemaluanku. Sekarang
Ibu riska yang di atas”, kataku sambil mengatur posisinya.
Aku terletang dan dia menduduki pinggangku. Tangannya kubimbing agar
memegang batang kemaluanku masuk ke selangkangannya. Setelah masuk
tubuhnya kunaik-turunkan seirama genjotanku dari bawah. Ibu riska
tersentak-sentak mengikuti irama goyanganku yang makin lama kian cepat.
Payudaranya yang ikut bergoyang-goyang menambah gairah nafsuku. Apalagi
diiringi dengan lenguhan dan jeritannya saat menjelang orgasme.
Ketika dia mencapai orgasme aku belum apa-apa. Posisinya segera kuubah
ke gaya konvensional. Ibu riska kurebahkan dan aku menembaknya dari
atas. Mendekati klimaks aku meningkatkan frekuensi dan kecepatan
genjotan batang kemaluanku. “Oh Ibu riska.., aku mau keluar nih ahh..”
Tak lama kemudian spermaku muncrat di dalam liang kenikmatannya. Ibu
riska kemudian menyusul mencapai klimaks. Kami berpelukan erat.
Kurasakan liang kenikmatannya begitu hangat menjepit batang kemaluanku. Lima menit lebih kami dalam posisi rileks seperti itu.
Kami berpelukan, berciuman, dan saling meremas lagi. Seperti tak
puas-puas merasakan kenikmatan beruntun yang baru saja kami rasakan.
Setelah itu kami bangun di pagi hari, kami pergi mencari sarapan dan
bercakap-cakap kembali. Ibu riska harus pergi mengajar hari itu dan
sorenya baru bisa kujemput.
Sore telah tiba, Ibu riska kujemput dengan mobilku. Kita makan di mall
dan kami pun beranjak pulang menuju tempat parkir. Di tempat parkir
itulah kami beraksi kembali, aku mulai menciumi lehernya. Ibu riska
mendongakkan kepala sambil memejamkan mata, dan tanganku pun mulai
meremas kedua buah dadanya. Nafas Ibu riska makin terengah, dan tanganku
pun masuk di antara kedua pahanya. Celana dalamnya sudah basah, dan
jariku mengelus belahan yang membayang.
“Uuuhh.., mmmhh..”, Ibu riska menggelinjang, tapi gairahku sudah sampai
ke ubun-ubun dan aku pun membuka dengan paksa baju dan rok mininya.
Aaahh..! Ibu riska dengan posisi yang menantang di jok belakang dengan
memakai BH merah dan CD merah. Aku segera mencium puting susunya yang
besar dan masih terbungkus dengan BH-nya yang seksi, berganti-ganti kiri
dan kanan.
Tangan Ibu riska mengelus bagian belakang kepalaku dan erangannya yang
tersendat membuatku makin tidak sabar. Aku menarik lepas celana
dalamnya, dan nampaklah bukit kemaluannya. Akupun segera membenamkan
kepalaku ke tengah ke dua pahanya.
“Ehhh…, mmmhh..”. Tangan Ibu riska meremas jok mobilku dan pinggulnya
bergetar ketika bibir kemaluannya kucumbui. Sesekali lidahku berpindah
ke perutnya dan menjilatinya dengan perlahan.
“Ooohh.., aduuuhh..”. Ibu riska mengangkat punggungnya ketika lidahku
menyelinap di antara belahan kemaluannya yang masih begitu rapat.
Lidahku bergerak dari atas ke bawah dan bibir kemaluannya mulai
membuka.
Sesekali lidahku membelai klitorisnya yang membuat tubuh Ibu riska
terlonjak dan nafas Ibu riska seakan tersendak. Tanganku naik ke dadanya
dan meremas kedua bukit dadanya. Putingnya membesar dan mengeras.
Ketika aku berhenti menjilat dan mengulum, Ibu riska tergeletak
terengah-engah, matanya terpejam. Tergesa aku membuka semua pakaianku,
dan kemaluanku yang tegak teracung ke langit-langit, kubelai-belaikan di
pipi Ibu riska.
“Mmmhh…, mmmhh.., ooohhm..”.
Ketika Ibu riska membuka bibirnya, kujejalkan kepala kemaluanku, kini
iapun mulai menyedot. Tanganku bergantian meremas dadanya dan membelai
kemaluannya. “Oouuuh Ibu riska.., enaaaak.., teruuuss…”, erangku.
Ibu riska terus mengisap batang kemaluanku sambil tangannya mengusap
liang kenikmatannya yang juga telah banjir karena terangsang menyaksikan
batang kemaluanku yang begitu besar dan perkasa baginya.
Hampir 20 menit dia menghisap batang kemaluanku dan tak lama terasa
sekali sesuatu di dalamnya ingin meloncat ke luar. “Ibu riska..,
ooohh.., enaaak.., teruuus”, teriakku. Dia mengerti kalau aku mau
keluar, maka dia memperkuat hisapannya dan sambil menekan liang
kenikmatannya, aku lihat dia mengejang dan matanya terpejam, lalu..,
“Creet.., suuurr.., ssuuur..”
“Oughh.., Jack.., nikmat..”, erangnya tertahan karena mulutnya tersumpal oleh batang kemaluanku.
Dan karena hisapannya terlalu kuat akhirnya aku juga tidak kuat menahan
ledakan dan sambil kutahan kepalanya, kusemburkan maniku ke dalam
mulutnya, “Crooot.., croott.., crooot..”, banyak sekali maniku yang
tumpah di dalam mulutnya.
“Aaahkk.., ooough”, ujarku puas. Aku masih belum merasa lemas dan masih
mampu lagi, akupun naik ke atas tubuh Ibu riska dan bibirku melumat
bibirnya. Aroma kemaluanku ada di mulut Ibu riska dan aroma kemaluan Ibu
riska di mulutku, bertukar saat lidah kami saling membelit.
Dengan tangan, kugesek-gesekkan kepala kemaluanku ke celah di
selangkangan Ibu riska, dan sebentar kemudian kurasakan tangan Ibu riska
menekan pantatku dari belakang.
“Ohm, masuk.., augh.., masukin”
Perlahan kemaluanku mulai menyeruak masuk ke liang kemaluannya dan Ibu
riska semakin mendesah-desah. Segera saja kepala kemaluanku terasa
tertahan oleh sesuatu yang kenyal. Dengan satu hentakan, tembuslah
halangan itu. Ibu riska memekik kecil.
Aku menekan lebih dalam lagi dan mulutnya mulai menceracau,
“Aduhhh.., ssshh.., iya.., terus.., mmmhh.., aduhhh.., enak.., Jack”
Aku merangkulkan kedua lenganku ke punggung Ibu riska, lalu membalikkan
kedua tubuh kami sehingga Ibu riska sekarang duduk di atas pinggulku.
Bacaan Sex Top: Novel Cerita Sex Vagina Sempit ABG SMP
Nampak kemaluanku menancap hingga pangkal di kemaluannya. Tanpa perlu
diajari, Ibu riska segera menggerakkan pinggulnya, sementara jari-jariku
bergantian meremas dan menggosok payudaranya, klitoris dan pinggulnya,
dan kamipun berlomba mencapai puncak.
Lewat beberapa waktu, gerakan pinggul Ibu riska makin menggila dan iapun
membungkukkan tubuhnya dengan bibir kami saling melumat. Tangannya
menjambak rambutku, dan akhirnya pinggulnya berhenti menyentak. Terasa
cairan hangat membalur seluruh batang kemaluanku.
Setelah tubuh Ibu riska melemas, aku mendorongnya hingga telentang, dan
sambil menindihnya, aku mengejar puncak orgasmeku sendiri. Ketika aku
mencapai klimaks, Ibu riska tentu merasakan siraman air maniku di liang
kenikmatannya, dan iapun mengeluh lemas dan merasakan orgasmenya yang
kedua.
Sekian lama kami diam terengah-engah, dan tubuh kami yang basah kuyup
dengan keringat masih saling bergerak bergesekan, merasakan sisa-sisa
kenikmatan orgasme yang telah terjadi saat itu sungguh rasanya
mengalahkan segalanya begitu nikmat.
Tamat